Showing posts with label Me and My Stupid Mind. Show all posts
Showing posts with label Me and My Stupid Mind. Show all posts

Saturday, April 24, 2010

Perempuan dan identitasnya.

Ada satu hal menarik yang saya dapatkan ketika menjadi Mc dan mengikuti perayaan Hari Kartini yang dilakukan oleh ibu-ibu Dharma Wanita di kantor hari selasa dan rabu kemarin. Benarkah perempuan akan kehilangan identitasnya ketika sudah menikah?

Bukan, ini bukan pertanyaan sesinis dan sesarkastis yang seperti biasa saya lontarkan. Hanya sedikit perasaan tergelitik saja. Bahwa seorang perempuan akan kehilangan nama sebenarnya ketika telah menikah. Memangnya salah?

Satu moment menarik ketika saya menjadi Mc acara tersebut adalah ketika ingin mempersilahkan Ketua Dharma Wanita Persatuan untuk memberikan kata sambutannya. Sayapun bertanya pada salah satu wanita, nama lengkapnya siapa? Jawaban yang saya terima cukup sederhana namun cukup menohok. Tidak usah menggunakan nama aslinya. Cukup memanggilnya dengan Ny. Xyz saja. What?



Bukankah setiap orang sudah memiliki nama indahnya masing-masing? Walaupun seorang penyair pernah berkata apalah arti sebuah nama, tapi tetap saya menganggap bahwa nama adalah sebuah identitas yang penting. Dalam sebuah nama terdapat doa-doa para orangtua. Pemberian nama pun tidak sembarangan prosesnya. Butuh satu ekor kambing yang dikorbankan untuk perempuan, dan dua ekor untuk lelaki. Dan nama itu seenaknya mau diubah?

Entahlah, apakah memang ini hanya perasaan saya saja atau bukan. Tapi rasanya memang dimana-mana kita temui kenyataan seperti ini. Misalnya ketika ibu-ibu sedang ngumpul –dan bergosip- biasanya mereka memperkenalkan (atau diperkenalkan) seseorang dengan menyebut nama suami terlebih dahulu. Dan ini akhirnya terbawa sampai nanti. Bahwa seorang perempuan akan lebih akrab dipanggil sebagai Nyonya Andi, Ibu Budi dan sebagainya.

Apakah ini menjadi masalah? Entahlah. Karena saya sendiri belum pernah merasakan nama saya dipanggil memakai nama orang lain. Saya sendiri pasti merasa aneh. Apakah memang karena saya sendiri belum berkeluarga? Dan kenapa harus perempuan yang kehilangan identitasnya? Pernahkah seseorang dipanggil sebagai Tuan Rini atau Bapak Wati misalnya?

Belum lagi ketika seorang perempuan sudah memiliki anak. Namanya akan berubah lagi. Menjadi ibunya iqko, bunda Bila dan lain sebagainya. Apakah ini akah menjadi persaingan tersendiri? Diantara mereka yang lajang, yang biasanya masih dipanggil dengan nama asli, melawan mereka yang sudah menikah, (yang dipanggil dengan nama suami) dan mereka yang sudah menikah dan punya anak (yang dipanggil dengan nama anaknya).

Lantas bagaimana nanti ketika dia cerai (mudah-mudahan tidak!)? Ketika dia sudah dikenal dengan nama suaminya, dan sekarang harus jalan sendiri. Dia dipanggil apa?

Rasanya kehidupan pasca menikah pun seorang perempuan harus dikenal dengan nama aslinya. Tidak perduli nama suami atau nama istrinya nanti sebagus apa. Karena ini terkait mengenai identitas pribadi.

Tidak perlu rasanya mengembel-embeli diri dengan panggilan pasangan, karena toh semuanya punya kehidupan masing-masing? Ataukah saya yang salah melihatnya? Karena setelah menikah nantipun saya akan mengenalkan istri saya sebagai dirinya sendiri. Bukan dengan nama saya.

Selamat Hari Kartini untuk seluruh perempuan, tetap pegang identitasmu, siapapun dirimu :)

Wednesday, February 17, 2010

Halo apa kabar?

Makassar, 17 Februari 2010

Halo apa kabar? Entah sudah berapa jam sejak sms terakhir kamu saya terima. Ada sesak yang sangat mengentak ketika kau menanyakan itu, “apakah kamu adalah orang yang tepat buat saya?”

Saya selalu berpendapat bahwa “percaya” adalah hal yang paling penting dalam hidup. Mau jadi apa kita kalau sudah tidak dipercayai lagi? Dari dulupun hal yang satu ini yang selalu saya jaga. Tapi untukmu rasanya percaya itu sudah tidak ada lagi untukku. Saya tidak menyalahkanmu, Karena memang apa yang dulu saya lakukan tidak benar. Saya beruntung masih diberi kesempatan kedua. Tapi sepertinya hal itu tidak bertahan lama, apa boleh buat.

Sekarang siapa yang naïf? Sepertinya pertanyaan itu sekarang ditujukan ke saya. Apakah saya pantas memiliki dirimu? Apakah memang kita ditakdirkan bersama? Ada 3 kali kau menanyakan hal itu kepadaku. Dan tampaknya saya pun mulai menanyakan hal yang sama. Apakah memang jalan ini sekarang masih milik kita?



Seorang teman pernah bertanya, “mengapa dia menjadi orang yang sepertinya sangat spesial?”, saya hanya bisa tersenyum kepadanya tanpa dia pernah tahu apa yang membuatmu begitu spesial. Tapi khusus untukmu, saya akan mengatakannya. Mengapa kau sangat berarti.

Apakah kau masih ingat hari itu? Jumat di penghujung November? Berbekal sms dan chat yang terus menerus. Kau yang hendak pulang dan kehujanan. Siapa sih dirimu sampai saya mau care begitu penting? Tapi itulah kau. Segala hukum dasar yang berlaku padaku, langsung luluh lantak. Saya yang tidak terlalu peduli dengan orang-orang disekitarku, berubah menjadi sosok yang berbeda. Hanya kau dan kau yang saya pikirkan.

Bisa saja kau mengatakannya gombal. Ingatkah kau pada malam malam kita bercerita? Tentang kamu, tentang saya, tentang apa saja. Tidak pernah saya seterbuka itu dengan orang lain. Hanya dengan kamu. Tapi sepertinya itu hanyalah cerita di masa lalu saja.

Satu yang tidak pernah bisa aku lupakan adalah kau yang menemaniku di titik terlemahku. Ketika saya bukan siapa siapa dan tidak mempunyai apa apa. Tidak ada yang bisa kujanjikan selain cerita cinta dan bahagia seperti di novel novel itu. Tapi sayangnya hidup ini tidak seperti cerita yang sering kit a baca. Yang selalu berakhir bahagia. Tapi rasanya saya sudah bisa menebak dan mencoba melihat kemana kita akan melangkah. Kau yang menemaniku melalui pengumuman tes, salah satu titik penting dalam hidupku. Kau yang mau menerimaku apa adanya. Bagaimana caranya saya akan melupakanmu?

Dengan segala rindu yang masih tersimpan aku hanya ingin berkata, aku sangat rindu kepadamu. Apakah kau merasa hal yang sama? Entahlah. Karena saat ini aku tak bisa lagi meraba hatimu. Sosokmu menjadi asing. Ketika kau terus bertanya, “apakah kita bisa terus bersama”.

Pada akhirnya kita memang harus mengambil keputusan. Tidak mengambang tanpa ada status hubungan yang jelas. Agar kita sama sama merasa lagi. Mendefenisikan kembali bagaimana bentuk hubungan kita. Apakah kau memang ingin pergi dariku? Apakah memang hadirku sudah tidak bisa lagi menenangkanmu? Apakah memang kita hanya bisa menjadi adik dan kakak. Terikat hanya dengan perhatian tanpa embel embel cinta.

Setidaknya jangan sampai kita menyiksa hidup kita sendiri. Setelah ini saya memberikan keputusan kepada kamu. Apakah memang saya tidak usah menghubungimu lagi. Apakah memang saya tidak bisa berada dalam hidupmu lagi. Entah hanya sebagai kakak atau hanya sebagai sahabat untuk saat ini. Karena kalau bertanya kepada saya, “apakah saya masih mau berada dalam kehidupan kamu?” hanya satu jawaban saya. IYA.

Berarti sampai disinilah saya berdiri. Sambil terus melihatmu meraih mimpi. Mungkin saya hanya bisa menjadi seorang kakak. Menjadi seorang sahabat. Entahlah. Itupun kalau memang kamu masih menginginkan saya ada di dalam kehidupan kamu. Baik baik yah! Saya hanya bisa menulis ini karena tidak sanggup berbicara denganmu di telepon. Inilah perasaanku yang sekarang.

Love you always,
Your lovely bear.
iQko.

Tuesday, January 19, 2010

How’s life, Mr. Beruang?

Rasanya memang pertanyaan itu yang paling sering berkeliaran dan terucapkan dalam keseharian. Entah itu ditujukan untuk diri sendiri, atau untuk para sahabat. Sekedar bertukar sapa dan bertukar kabar. Bagaimana hidup menyapa kalian saat ini?



Kalau pertanyaan itu ditujukan kepada saya, saya hanya bisa menjawab,

“mungkin tidak ada lagi keadaaan yang lebih baik dari ini. Yang paling susah dalam hidup adalah bagaimana bisa bersyukur, sekecil apapun nikmat yang didapatkan. Termasuk pekerjaan”


Ya pekerjaan. Masih banyak orang yang tidak bisa menyangka. Hah? Saya? Berakhir sebagai abdi Negara? Sebuah profesi yang dulunya bahkan sempat saya cela setengah mati. Dengan tekad tidak akan melanjutkan kutukan Pe-En-Es di dalam keluarga. Secara bapak, kakak, dan adek sudah memiliki NIP nya masing-masing.

Tapi begitulah jalan hidup. There’s no one know what scenario that we gonna run tomorrow. Saya selalu ingat apa yang dikatakan oleh seorang Bapak ketika saya melakukan registrasi ulang,

“yang namanya rejeki tidak akan jatuh kemana. Semuanya sudah diatur. Kalau rejeki kita memang hanya secangkir, sekeras apapun kita mengupayakannya untuk menjadi satu ember, tetap ember itu akan tumpah dan hanya menyisakan satu cangkir saja”


Inilah yang paling menyita kehidupanku sekarang. Belajar untuk settle down, tidak melihat ke kanan dan ke kiri lagi. Bagaimana pun juga, hidup inilah yang akan dijalani sampai hari tua. Amin.

Friday, January 1, 2010

Sebuah cerita tentang dia.

Rasanya sudah lama saya tidak bercerita mengenai kisah cinta. Sebuah rasa yang saya pikir telah lama menghilang. Tapi bukankah itu berarti saya melanggar kodrat sebagai manusia? Karena mencinta merupakan sifat dasar yang telah menjadi bawaan dan akan selalu ada.



Setiap saat ada orang yang bertanya, “mengapa tidak menjalin dan membuka sebuah hubungan baru?”,

jawaban saya selalu sama,

“untuk apa? Ada banyak sahabat dan teman yang bisa saya ajak berbagi. Sahabat yang selalu mengerti, sahabat yang selalu ada”

Tapi rasanya jawaban itu hanya berlaku beberapa tahun yang lalu. Disaat semua sepi bisa tertutupi oleh rutinitas di kampus, riuhnya tawa bersama teman, atau lelahnya pikiran karena organisasi. Sepi itu tidak pernah menyeruak ke alam sadar. Toh, walalupun sepi itu datang menyerang, ada seribu alasan untuk langsung menimbunnya dalam-dalam.

Memang selama beberapa rentan waktu yang lalu, selalu ada orang bermain di dalam perasaan. Rasa ingin memiliki dan dimiliki juga ada. Tapi rupanya kecewa masih menjadi jawabanya. Mereka hanya ingin melihat apa yang mereka mau. Tanpa memikirkan beginilah saya apa adanya. Akhirnya mereka hanya menjadikan hati saya sebagai tempat sampah. Yang akhirnya mematikan perasaan ingin mencinta itu.

Sekarang keadaan berkata lain. Semua orang telah berdewasa. Sahabat-sahabat yang bersama saya telah memasuki kehidupannya masing-masing. Kami dulu yang begitu sering berkumpul, tertawa, makan bersama, sudah terpisah. Saya yang menemani mereka menemukan cinta sampai kehilangan cinta juga. Saya yang terus berdiri sendiri. Tanpa sadar ternyata rasa sepi itu semakin mencekam dan membesar setiap hari.

Sampai akhirnya datanglah dia. Yang kedatangannya bersama sang hujan. Saya masih ingat hari itu. Hari jumat, jam 10 pagi. Saya melihat senyumnya. Saya melihat sesuatu yang spesial didirinya. Dan memang benar adanya, hati yang saya kiranya sudah mati, ternyata bisa tergerak melihatnya. Perhatian yang saya pikir hanya bisa saya berikan untuk diri sendiri, mengalir secara alami untuk dia. Memikirkan bagaimana dia menjalani hari, bagaimana dia melakukan semua aktivitas, dan bagaimana kami memulai sebuah hubungan. Semuanya begitu alami, dan saya yakin dialah yang saya tunggu selama ini.

Sebuah perjalanan yang sarat emosi ketika waktu saya habiskan bersamanya. Ada begitu banyak teman dan sahabat yang bertanya,

“siapa yang bisa menaklukkan hati seorang iqko? Yang selalu sinis terhadap semua hal yang berbau cinta?”

Saya hanya bisa mengulum senyum dan menjawabnya, “hanya dia. Dia, dan dia.”

Dia yang menemaniku ketika sedih, dia yang menemaniku ketika gundah meraja. Saya pun berusaha terus mengenal dia dan berusaha menjadikannya sebagai pusat semesta. Ada begitu banyak janji yang terucap, ada begitu banyak kenangan yang telah terbuat.
Rupanya perasaan sepi tidak mau ditinggalkan begitu saja. Dia begitu marah ditinggalkan di pojok kenangan. Hampa dan tidak berlaku lagi. Sang sepi mulai bertindak, memainkan perasaan dan memainkan kenangan.

Pertanyaan itupun akhirnya menyeruak kedalam alam pikiran, “pantaskah saya dicintai sebesar itu? Pantaskah saya menjadi pusat semestanya?”

Kali ini ternyata sepi berhasil menang. Rasa rendah diri dan rasa tidak percaya kembali meraja. Ketakutan akan kehilangan dia setiap hari semakin membesar. Padahal orang bijak selalu berkata, “ketika suatu ketakutan semakin terpikirkan setiap hari, maka hal itu pasti terjadi”. Ternyata hal itu benar. Saya pun melakukan kesalahan itu. Kesalahan yang sama dimasa lalu. Tidak percaya saya pantas dicinta olehnya dan ingin sendiri lagi.

Kini satu cerita sudah berakhir. Meninggalkan sepi sebagai pemenang. Dan saya harus kehilangan dia. Tanpa dia pernah tahu, ada banyak tempat yang terekam tentangnya, ada banyak lagu yang mengingatkan tentangnya, ada banyak kenangan mengenai dirinya. Apakah saya yang salah? Untuk saat ini jawabannya tentu saja iya. Karena saya belum belajar berdewasa. Belajar melawan sepi. Melawan pikiran dalam diri sendiri. Tidak pernah menghargai dia yang begitu sayang dan percaya dengan saya.

Saya masih ingat satu baris kalimat untuknya, “saya akan belajar berdewasa untukmu. Sampai suatu saat kesalahan itu bisa saya perbaiki dan bahagia menjadi milik kita lagi”.

Tidak ada lagi kata kita. Hanya aku dan dia. Saya dan kamu. Tapi saya percaya, semuanya dimulai dari awal lagi. Saya percaya, masih ada terang yang menanti di hari esok.

Sunday, November 15, 2009

Gadget Release : Bantal Musik

Silahkan angkat tangan kalau anda pernah merasakan ”sakit” di seluruh telinga ketika headphone masih terpasang dan anda jatuh tertidur? Tenang saja, anda adalah satu diantara sekian banyak orang yang mengalami masalah yang serupa. Terkadang mendengarkan musik sebelum tidur bisa membantu untuk sedikit lebih rileks dan mudah tertidur.



Ada solusi untuk anda. Bantal ’Sound Asleep’ khusus didesain untuk anda yang tidak bisa lepas dari musik. Mendengarkan melalui speaker audio ataupun televisi bisa jadi sangat menganggu orang lain. Nah dengan bantal ini, dijamin hanya anda yang dapat menikmati suara yang keluar dari player musik anda.

Silahkan cari jek phone kecil untuk membuat bantal ini bekerja. Ada sebuah saluran lead yang bisa untuk menghubungkan dengan pemutar mp3, iPod, pemutar CD, ataupun komputer sekalipun. Jek ini terhubung dengan speaker integrated yang bisa memainkan musik melalui bodi bantal. Tenang saja, kabel ini bisa dilepas kalau anda hanya ingin sebuah bantal biasa saja.

Ukurannya bagaimana? Gadget ini memang dibuat betul-betul untuk kebutuhan tidur. Dengan model ”bantal” normal, sebesar 74 x 48 cm dan dijamin terbuat dari bahan polyester plus bebas alergi.

Ini dia waktunya untuk tidur dan terus mendengarkan musik kesenangan anda.

Wednesday, August 19, 2009

Sebuah Perjalanan Baru (Lagi)

Sepertinya ungkapan bahwa hanya keledai yang jatuh kedalam lubang yang sama untuk kedua kalinya berlaku juga untuk saya. Bukan hanya dua kali, tetapi berkali-kali saya terjerembab di permasalahan yang sama. Permasalahan klasik yang sudah sering sekali mendera. Saya kehilangan identitas diri dan tidak tahu bagaimana hidup saya sebenarnya.

Sebuah pernyataan sombong dari dalam diri bahwa hanya saya yang paling mengetahui apa yang saya inginkan, bagaimana diri ini menjalani hidup, rupanya sekarang menjadi bumerang yang balik menyerang titik terdalam. Eksistensi saya sebenarnya dimana? Apa yang menjadi tujuan saya? Kemana perjalanan ini akan berakhir?

I guess i just got lost
Bein' someone else
I tried to kill the pain
Nothin ever helped
I left myself behind
Somewhere along the way
Hopin to come back around
To find myself someday

(3 Doors Down - Let Me Be My Self)


Saya terjebak kembali pada pola permainan lama yang telah lama saya tinggalkan. Berusaha terlihat baik dan sempurna di depan semua orang. Berusaha untuk ada bagi semua orang. Menyediakan telinga untuk berkeluh kesah. Menyediakan punggung untuk bersandar. Menyediakan bahu untuk menangis. Saya lupa, saya juga manusia yang mempunyai emosi. Semua cerita itu mencapai puncaknya minggu lalu. Ketika saya tidak bisa membedakan lagi, apakah semua cerita-cerita itu milik saya atau bukan. Semuanya meraja di dalam kepala. Tanpa bisa membedakan ini harus disimpan dan ini yang harus dicerna atau ini harus dibuang.

Saya teringat dengan percakapan intens dengan beberapa orang berbeda dengan masalah mereka masing-masing. Semuanya terlalui dalam hitungan jam saja. Saya yang begitu bodoh. Merasa diri ini begitu penting. Merasa dunia ini akan berhenti berputar ketika saya berhenti untuk peduli Bukannya orang-orang ini atau cerita mereka tidak penting, tapi bahkan otak dan perasaan ini memiliki kapasitas juga. Saya bukan orang suci atau santa yang bisa menerima semua cerita itu tanpa dampak yang nyata. Saya pikir saya bisa menghandle semunya. Ternyata saya salah. Semua cerita itu, ditambah sedikit drama dalam hidup saya sendiri perlahan-lahan menggerogoti diri saya dari dalam. Pelan-pelan saya merasa kehilangan diri. Puncaknya ketika saya ingin berteriak untuk melepaskan semua suara-suara yang saling bersahutan di dalam kepala.

When you're broken
In a Million little pieces
And your tryin'
But you can't hold on any more
Every tear falls down for a reason
Don't you stop believin' in your self
When you're broken

(Lindsey Haun - Broken)

Apa yang salah? Tidak ada. Hanya saya saja yang kehilangan aturan untuk diri sendiri. Kehilangan waktu bahkan untuk sekedar bertanya, ”apa yang terjadi dengan dirimu?, ”apakah kau senang dengan keadaan ini?” semua fokus itu hilang dan tergantikan sesuatu yang tidak penting. Sesuatu yang terus saya cari. Saya pikir saya bisa mendapatkan ketenangan dari dunia itu, tapi saya salah. Justru itulah kehilangan terbesar. Ketika saya menginginkan semua dunia melihat saya sebagai seseorang yang sempurna. Pelan-pelan saya membohongi diri sendiri. Menciptakan skenario. Dan mempercayai jalan ceritanya. Semua itu bagaikan sebuah mimpi buruk. Saya baru terbangun sekarang!

Saya selalu terjebak di batas keinginan dua arah. Saling berlawanan. Saling berkebalikan. Tanpa bisa memilih dan selalu terangan-angan. Apa jadinya? Saya tidak menikmati kedua-duanya. Saya berada disini, tapi hati saya berada disitu. Hati ini berkata ini, mulut saya berbicara itu. bahkan saya sudah munafik dan membohongi diri sendiri. Berkata inilah yang saya inginkan. Padahal saya sendiri tidak nyaman didalamnya. Untuk apa saya melakukan semua itu? untuk membuat semua orang terkesan dengan saya. Itulah jawabannya. Dan disinilah saya. Terjatuh lagi.

Rupanya Tuhan masih sayang dengan saya. Masih terngiang-ngiang dengan jelas perkataan pongah itu. ”Saya bingung, Tuhan sebenarnya menyangi saya atau justru sangat membenci saya?” saya lupa. Dia selalu memberi pelajaran dengan caranya sendiri. Dia menunjukkan sayangNya dengan jalannya sendiri. Saya selalu lupa bersyukur. Ada banyak nikmat yang telah diberikan dan saya masih ingkar akan kehadiranNya. Kombinasi yang sangat bagus bukan? Seseorang yang lupa diri ditambah keraguan terhadap kehadiran sang pencipta. Itulah yang menyebabkan kejatuhan saya kali ini semakin parah.


Dua hari ini saya banyak berbincang dengan diri sendiri. Bertanya kepada hati, bertanya kepada pikiran dan bertanya kepada eksistensi saya sendiri. Akan dibawa kemana kaki ini akan melangkah keesokan hari? Akan dibawa kemana mata ini keesokan hari? Ternyata Allah sangat sayang kepada saya. Saya masih diberi kemampuan untuk memikirkan akan dikemanakan hidup ini. Bagaimana hidup ini akan terjalani keesokan hari. Bagaimana prioritas itu satu persatu akan berusaha diselesaikan. Dengan berusaha membuang dan memangkas semua bagian buruk didalam hati. Karena kegelapan itu ternyata semakin memekat dan menguasai diri saya. Setidaknya kali ini saya merasakan semuanya kosong kembali. Perasaan, mimpi, keinginan yang harus dipetakan kembali. Dengan berusaha untuk menjadi diri sendiri. Apa adanya.

Karena bagaimanapun juga, saya tidak diciptakan untuk membahagiakan semua orang.




Sunday, July 5, 2009

It’s time to change, to get a better life.


Nope, ini bukan cerita mengenai power rangers. Ini bukan mengikuti pula slogan Obama. Saya hanya ingin berubah. Meninggalkan banyak gaya hidup yang selama ini telah saya jalani. Saya sadar bahwa saya tidak akan kemana-mana, ketika jalan ini masih saya tempuh.

”even we are in the right track, maybe someday you will realize that the right track has been changed”

Minggu ini kesehatan saya drop (lagi). Hebat! Catatan saya dipuskesmas kemarin bahwa dalam 2 bulan terakhir saya sudah 3 kali masuk dan meminta resep obat! Gejalanya? Sama semua. Dehidrasi. Kelelahan. Gejala demam. Sekarang yang paling parah, kolesterol dan gejala gula. Huhuhuhu. Rasanya ingin mengutuk dan menghancurkan diri sendiri saja. Semua ini karena saya sendiri sangat memanjakan diri. Tidak melihat apa yang masuk ke dalam tubuh. Semuanya diembat! Padahal saya masih ingat satu statement, bahwa sebenarnya rasa nikmat itu hanya berlangsung sepanjang 5 cm di dalam leher. Selanjutnya adalah racun!

Saya masih ingat dengan jelas perjalanan minggu lalu. Mulai dari perjalanan senang-senang yang mengantarkan kita kepada semua makanan enak. Sate, ayam goreng, mie ayam. Begh! Kalau saya pikir lagi sekarang, kok mengerikan sekali yah! Apalagi ditambah tidak ada olahraga. Bertambah jadilah semua penyakit itu menggerogoti dari dalam. Selalu pulang tengah malam, kurang istirahat, plus stress yang melanda.

Mudah lelah, selalu ingin tidur, hmmpph! Padahal saya sudah berniat untuk memulai hidup yang lebih sehat! Tapi memang begitulah manusia. Selalu menyesal di belakang. Saya sudah membeli 2 jenis teh, teh hijau dan teh hitam. Apel satu kilo. Quaker oat juga. Semuanya sudah lengkap. Tapi memang saya mesti dikalahkan dulu oleh sakit. Untuk kembali menyadarkan bahwa untuk sakit itu tidak enak. Terpaksalah selama dua hari saya hanya berbaring saja di tempat tidur. Mencoba mengingat dan bersemangat untuk menjalani hidup yang lebih baik lagi.

Hari senin, 6 Juli 2009 merupakan hari pertama saya melakukan resolusi itu. Untuk memulai hidup yang lebih sehat lagi. Hari sabtu kemarin saya sudah banyak ngobrol dengan Alfie, mungkin kami akan lari setiap 2 kali sepekan di lapangan unhas. Sekedar membakar kalori. Saya juga sudah berencana untuk mengikuti latihan renang. Untuk gaya? Bukan. Setidaknya ada pelarian untuk tetap menjadi sehat. Selain itu tidak ada makanan berlemak lagi dalam minggu ini. Kalau minggu depan sih oke! Hehehe. Porsinya saja yang dikurangi. Kalau dulu saya bisa memakan porsi daging setiap hari selama seminggu, sekarang dikurangi saja. Diperbanyak di ikan plus tahu tempe. Sayurannya juga. Buahnya juga. Waduh! Bakalan menjadi herbivora lagi nih!

Sekarang saya juga berusaha untuk membiasakan bangun subuh. Sering malu juga sih sama diri sendiri. Shalat subuhnya selalu keteteran karena bangun di jam 6 pagi. Padahal tidur sudah dari jam berapa. Mungkin persepsi ini masih tertanam kuat di dalam kepala saya, bahwa tidur itu harus 8 jam. Padahal walaupun tidurnya Cuma 5 jam tapi berkualitas justru itu yang lebih baik. Ditambah memang gaya hidup yang buruk, sempurnalah sudah sifat pemalas itu! tadi pagi saya sudah mencobanya. Bangun jam 5 subuh, sholat, plus jalan mengitari jalan dangko. Rasanya enak! Ini akan menjadi program harian. Jalan minimal 2 kilo sehari. Seperti dulu lagi.


Satu hal lagi yang mesti dirubah adalah persepsi saya mengenai kerjaan. Saya masih teringat perkataan Vita sewaktu kami melakukan ”heart conversation”. Sebenarnya passion saya dimana? Saya paling menikmati kerja dimana? Begitu pula sewaktu kumpul bersama Bunda, Uchk, Patrick, dan Fafa. Semuanya terlontar dengan begitu jelas. Sekarang semuanya harus fokus. Sudah tidak bisa maruk lagi, mau kerja ini, kerja itu. sudahlah. Semua orang sudah punya jatahnya. Sekarang tinggal pilih kerjaan mana yang paling diinginkan setelah itu fokuslah disana. Fokus akan membantumu merasa nyaman dan tidak stres dengan kerjaan kamu.

Saya tahu bahwa saya masih merasa bodoh. Kenapa? Saya terbiasa untuk beredar dan bergaul di banyak dunia. Ini sudah terbawa sejak jaman kuliah dulu. Saya beredar di bibli, menjadi volunteer di rumah kamu dan Sokola. Menjadi penyiar radio. Menjadi kontributor di portal musik, mengambil mata kuliah Public Relations. Ingin kuliah di luar negeri. Tapi sekarang merasa terjebak di marketing perusahaan online.

Saya masih ingat perkataan yang saya jabarkan untuk Fafa. Mungkin karena saya ingin membuat semuanya seimbang. Saya tetap bergaul disana, berada disitu, pergi kesini, hasilnya? Saya banyak link. Oke. Saya banyak pengetahuan. Oke. Tapi tidak semuanya saya fokus. Semuanya hanya berada di permukaan saja. Saya mau jadi volunteer, tapi sebagian hati saya masih ingin jalan di mall. Saya mau jadi penyiar radio, sebagian diri saya masih ingin bebas. Bodoh! Saya pun sebenarnya sudah mempunyai jawaban untuk semua statement itu. Saya membuka banyak jalan supaya mempunyai banyak jalan kabur ketika salah satu dunia itu runtuh dan menjadi tidak aman. Saya bisa bergaul di bibli selama seminggu penuh, tapi setelah itu saya akan balik ke spice boys lagi. Itulah yang terjadi. Saya tidak akan pernah konsen di satu titik dan perhatian saya selalu terbagi.

Perjalanan ini sebenarnya membuat saya lelah. Saya ingin dikenal sebagai apa? Sebagai blogger kah? Sebagai penyiar radio? Sebagai volunteer? Sebagai Public Relations? Sebagai pengejar beasiswa? Mau saya APA? Pertanyaan inilah yang pelan-pelan membawa saya kepada kesadaran mutlak. Bahwa saya harus memilih. Tidak bisa lagi masuk ke banyak dunia. Memang enak, memang bagus, tetapi saya tidak akan pernah total mengurus satu dunia. Karena perhatian yang selalu teralihkan.

Saat ini saya sudah memutuskan. Bahwa mimpi saya sebagian akan saya tanam perlahan. Niat untuk menjadi volunteer cukuplah dilakukan oleh orang lain. Mungkin saat ini saya tidak bisa membantu dalam bentuk tenaga. Mudah-mudahan besok saya bisa membantu dalam bentuk lain. Niat untuk serius di radio perlahan saya simpan dulu. Tidak usahlah terlalu terbebani dengan beban bahwa 5 tahun di radio akan menjadi sia-sia. Tidak akan yang sia-sia. Toh dari radio juga saya belajar untuk pede dan menghargai diri saya sendiri. Kalau memang jalan saya disana, pasti akan kembali juga. Niat saya untuk memburu beasiswa S2 saya simpan dulu. Sampai saya mempunyai jawaban, apa yang akan saya lakukan setelah S2? Kalau hanya untuk berjalan-jalan menikmati luar negeri, percayalah mimpi itu akan datang dengan caranya sendiri. Sekarang saya ingin fokus di dunia marketing online. Berusaha membangun mimpi bahwa saya bisa membantu banyak orang di dunia ini. Sambil belajar terus bagaimana menulis yang baik. Menjadi blogger yang bagus. Sambil memikirkan bagaimana menjadi seseorang yang lebih baik. Saya lupa satu hal, bahwa terkadang kita harus mengambil jalan lain untuk meraih mimpi. Selama kita masih terbayang-bayangi oleh banyak jalan lain, kita akan selalu bimbang.

Saatnya sekarang memilih satu jalan. Fokus kedepan. Toh, kalaupun dunia itu akan goyang, jalanannya rusak, jalan saja. Tidak perlu melarikan diri. Kita akan belajar berdewasa didalamnya. Dan diujung jalan itu akan ada mimpi yang selalu kita cari.

*ya Rabb, tolong perkuat hati ini supaya bisa ikhlas dan tetap fokus pada mimpi yang ingin dicapai. Sesungguhnya diri ini hanya manusia yang lemah yang akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan.

image ngembat dari sini dan sini

Wednesday, July 1, 2009

Woman and their sixth sense of clothes

I always adore woman and their sense of fashion. Maybe it's natural gift for them? Woman always know how to mix and match. Using the right color and the right size.

At this time we can't say work at the office just for man only. Nowadays the woman have a same position with the man. And that's why almost woman have their own suit. To handle a meeting with the client, to assign a task, and doing a lot more. Of course the clothes are comfortable and fashionable also.

Even though the pressure is same, woman can do the job like man do. After work hour, woman still have some time to spent their time with friends. I know it sound ridiculous, but it seems woman have their own sense about their suit. So they don't get bother if they have to go to the party after work hour. They always have a second clothes, and they always great! Woman can use it for works and use it too for the party.

In the weekend, woman know how to enjoy the time. Off course with using the right clothes too. Woman always know what to wear when try want to go the mall, playing with the children in the park, or just a little gossip time with the others. Woman's key is just one. Using the right clothes at the right time.

Now I know how they can spend a lot of time just to choose what they want to wear. It makes them more beautiful.

Tuesday, June 23, 2009

Big Boys Don't Cry



do you know what the saddest part from being alone?
when no one wakes you up in the morning
when no one kisses you in the late of the night.
i've been through it all.


and i think,
i don't like it.
but i got to used to it.


fergie say, "big girls don't cry"
the cure also say, "boys don't cry"
i try to say that too for me. just me.
at this time? i can't.
because i'm only human too.


malang, june 24th

Sunday, June 21, 2009

Be Careful What You Wish For


be careful what you wish for.

sometimes God play with his own joke.

image source : gettyimages

Tuesday, April 21, 2009

First Love (never) die…

Entah dari mana ungkapan ini berasal tapi saya mendukungnya dengan sepenuh hati. Apakah memang konsep dari otak yang tidak bisa menghapus konsep cinta pertama itu? diantara sekian banyak badai hati yang terjadi setelah cinta pertama, setelah begitu banyak orang yang ditemui, banyak perasaan yang terjadi, tetap perasaan cinta untuk orang pertama itu begitu spesial. Begitu nyata.

Saya selalu menjabarkannya dalam konsep cinta platonik. apa itu? kenapa cinta harus di konsepkan? Saya sendiri mendapat pencerahan mengenai cinta ini dari Elektra, tokoh dalam Supernova edisi Petir milik Dewi Lestari. Cinta platonik merupakan deskripsi cinta yang tidak perlu dikatakan, tetapi kita hanya merasakan bahwa cinta itu ada. Dan yang paling menyakitkan adalah bahwa cinta jenis ini tidak perlu berbalas. Cukup menghormati bahwa perasaan itu memang ada.

Siapa dia? Teman dari jaman SMP. Dia yang pertama kali membuat jantungku berdetak cepat ketika upacara dimulai. Kelas kami bersebelahan, itu artinya barisan kami dilapangan pun bersebelahan. Rasanya saya sanggup upacara dari pagi sampai siang (buset berapa kali lagu indonesia raya mesti diulang kalo seharian begini upacaranya?) hanya untuk melihat senyumnya. Mendengar suaranya, dan yah standar lah jamannya anak SMP. Gombal-gombal sedikit.

Saya sempat kehilangan dia. Dia yang menyatakan akan pergi dari Makassar untuk kuliah di kota lain. Saya sempat menahannya dan mengatakan,

”Haruskah kamu pergi? Tidak bisakah kuliah di Makassar saja bersamaku?”

Ya, perkataan jenis itu. yang biasanya hanya ada di novel-novel yang selalu saya baca. Tapi itu juga pernah saya katakan kepadanya. Jawabannya tentu saja dia pergi. Mengejar mimpinya sendiri sampai ke kota pelajar. Selama setahun saya tidak mendengar kabarnya. Tidak tahu dan tidak mau tahu. Tapi apa mau dikata, rindu memang selalu menyeruak. Saya menghubungi sang kakak untuk meminta nomor telepon dia.

Sang kakak? Yup. Dia yang memuluskan perjalanan cintaku selama SMU. Karena ternyata kakaknya adalah kakak kelasku di STM dulu. Perjalanan cinta yang berjalan sepihak. Tapi saya belum bisa mendiskripsikan apakah memang itu cinta atau tidak. Saya menikmati setiap debaran ketika saya menelpon ke rumahnya. Menikmati setiap janjian ketemu di mall. Jaman ketika fasilitas telepon selular masih kurang, rasanya dengan ngantri dan berjibaku di wartel setiap malam minggu rela saya jalani. Hanya untuk mendengarkan suaranya.

When I dream about you...
Girl you never go away…
Just close my eyes before my dream
Cause I still loving you.

Inilah lagu Stevie B yang menemaniku menulis postingan ini. Haha! So mellow! Karena euforia cinta itu saya rasakan lagi. Setelah 6 tahun berlalu. Setelah sebagian kepingan hatiku dibawanya serta. Saya tahu dia sudah di Makassar sejak beberapa tahun belakangan. Lepas kuliahnya di Yogyakarta. Tapi saya belum berani berhadapan dengan dia. Belum berani untuk meminta kembali kepingan hatiku yang dia bawa pergi. Saya pengecut. Karena saya takut ketika bertemu lagi saya belum siap. Jadinya saya harus menunggu selama 2 tahun untuk bertemu.

Kemarin akhirnya saya bertemu dengan dia lagi. Setelah bingung apa yang akan dijadikan alasan untuk bertemu. Dia bukan sahabat saya yang bisa seenaknya ditelpon dan mengatakan bahwa saya ingin bertemu. Untungnya dia ingin pergi melihat tempat wawancaranya besok. Jadi saya menawarkan diri untuk mengantarnya pergi.

Entah perasaan apa yang menyergapku ketika berdiri di depan pintunya. Melihat senyum yang pernah selalu meneduhkanku. Mendengar bincang hangat dari seluruh anggota keluarganya menyapaku. Karena begitulah pernah posisi diriku. Akrab dengan seluruh kakak, sampai orang tuanya. Rasa familiar bahwa saya pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga ini. Tapi disinilah saya berdiri sekarang. Orang lain. Hehe.

Setelah pamitan sama ibu dan bapak (dari dulu saya tidak pernah memanggil orangtuanya dengan tante dan om, hehehe) kami pun melintasi Jalan Sungai Saddang menuju Ratulangi. Ada banyak percakapan yang terjadi selama kami berkendara. Percakapan dari hati menurut saya. Walaupun harus bersaing dengan deru kendaraan yang lain, saya tetap menyimak apa yang ditanyakannya. Menjawab dengan jelas apa yang terjadi denganku selama 6 tahun belakangan. Setelah melihat tempat tes wawancaranya, kami pun memutuskan masuk mall ratu indah. Tempat yang mempunyai sejuta kenangan bersamanya.

Raut wajah itu yang tidak pernah bisa saya tolak. Raut wajah yang selalu meneduhkan. Senyum yang selalu bisa membuatku menghela napas bahagia. Selama satu jam kami bertukar cerita. Merangkum apa yang terjadi selama kami tidak bertemu. Merangkum segala peristiwa yang terjadi, karena dia sendiri mengatakan,

”kamu berubah banyak, bal”

Saya hanya ingin menjawabnya,

”saya berubah seperti ini hanya untuk kamu. Bahwa saya bisa berjuang untuk mendapatkan kamu lagi. Saya bukan lelaki yang dulu begitu saja melepasmu pergi”

Tapi itu hanyalah perkataan di dalam kepala saya. Saya mengetahui dari akun di facebooknya bahwa dia sudah in a relationship. Dengan jelas saya bertanya siapa dia. Siapa yang telah menjadi tambatan hatinya. Dan saya hanya bisa mendengarkan. Sambil melihat gurat wajahnya yang begitu bahagia telah bertemu dengan pria yang tepat. Pria lain selain saya (lagi). Saya berbesar hati. Saya tahu cukup lama waktu yang kami lalui untuk memetakan perasaan itu. saya pun sudah menemukan kebaranian saya untuk mengatakan,

”saya pernah begitu mencintaimu. Saya pernah begitu mendambakanmu. Sebagian hati saya kau bawa pergi. Bisakah saya memintanya kembali? Karena saya tahu kamu tidak akan pernah menjadi milikku”

Lagi-lagi ini hanya ada dalam kepalaku. Karena begitulah konsep cintaku kepadanya. Dia tahu bahwa saya begitu mencintainya. Tapi dia tidak perlu menjawab apa-apa. Dia hanya perlu tahu bahwa saya akan selalu ada disini. Berdiri dan menunggunya...

Ps : terima kasih telah membuatku menikmati suasana sore yang menyenangkan. Kamu berhak mendapatkan yang terbaik. Siapapun yang akan mendampingimu kelak.

Friday, August 29, 2008

Kotaku dan Rihanna



Besok tepat tanggal 31 agustus. Kenapa? Besok adalah hari terakhir di bulan perjuangan. Itu kata orang. Itu kata media. Merah putih di mana-mana. Bahkan sampai ada warnet yang memutarkan lagu-lagu perjuangan sebagai backsound selama bulan agustus ini. Niat banget yah!
Sebagai music addict yang sudah termasuk dalam kategori parah, sikap apatis saya sudah berkembang ke segala lini kehidupan. Kecuali perkembangan track-track lagu dashsyat yang dirilis setiap hari tentu saja. Apatis, kenapa? Karena saya selalu berpikir emang ngaruh kalo saya ikut berpikir? Emang ada yang berubah ketika saya ikut peduli? Selama ini yang menjadi jawaban atas semua pertanyaan itu adalah TIDAK! Tidak akan ada yang berubah. Jadinya pusat dunia saya sedari dulu adalah track-track lagu yang membius yang masuk ke dalam kepalaku dan membuatku berhalusinasi plus mengalami degradasi kenyataan yang terkadang tidak bisa dibedakan dengan drama yang berjalan di dalam kepala.
Saya yang lebih menghapal review lagu Avril lavigne dari album pertama sampai album girfriend yang so-bitchy, saya yang mengetahui fakta bahwa ketika umbrella milik rihanna dirilis, saya adalah orang yang tergila-gila padanya. Saya yang lebih mengetahui track umbrella dirilis dan diremix oleh 11 orang yang tidak bertanggung jawab, mulai dari mandy moore, marie digbie, vanilla sky, swivel, eminem, dan masih banyak lagi. Saya yang dengan lugas berteriak dan menulis mengenai album minutes to midnight-nya linkin park dan cerita mereka tentang global warming. Saya mengetahui semuanya. Sedangkan sejarah?
Terus terang saya adalah orang yang paling tidak senang dengan pelajaran sejarah. Mulai dari jamannya pelajaran PSPB (hahahaha, bahkan saya sudah lupa kepanjangannya!) sampai pelajaran sejarah di SMA. Semuanya menimbulkan trauma tersendiri. Bagaimana kita harus menghapal tahun, tanggal, tempat, nama, dan masih banyak peristiwa penting lainnya. Mungkin bukan sejarahnya yang harus dipermasalahkan, tetapi bagaimana sejarah itu disajikan. Muak! Itulah perasaan yang saya dapatkan ketika harus membaca banyak sekali buku teks dan menghapal nama-nama pahlawan (halah!, bilang aja kalo gak mampu), ditambah lagi guru yang tidak mampu menjabarkan dengan gamblang dan nyaman mengenai peristiwa di negeri kita sendiri.
”baca saja di buku terbitan ini, bla bla bla...”
So last year honey! Coba saja ketika pelajaran sejarah dibuat semenarik mungkin dengan film dokumenter ataupun dengan cara-cara yang lebih bisa menarik perhatian. Dijamin, kita sendiri akan concern dan mau tahu apa sih yang terjadi pada bangsa kita pada waktu yang lalu.
Saya menjadi miris sendiri, ketika melihat keadaan dari museum kota makassar. Bukannya sekedar membandingkan dengan museum yang ada di film national treasure. Gak mungkin lah. Cuman kok rasanya mengenaskan banget yah? Melihat peninggalan catatan kota kita dalam keadaan yang tidak terawat. Bahkan ada ruangan yang sebagian koleksinya harus dipindahkan karena atapnya bocor! Ataukah memang itu yang menjadi gambaran perjalanan kota kita? Banyak tempat-tempat bersejarah yang hilang dan kita tidak pernah mengetahui lagi bagaimana rupa aslinya.

Sedikit ironis memang, ketika mendengar slogan salah satu kandidat walikota disebut oleh bapak pemandu di museum kota. Sebegitu berharapkah pada janji-janji yang mungkin tidak akan ditepati? Padahal balaikota yang baru dibangun menghabiskan banyak sekali dana untuk dipugar dan dengan alasan untuk memudahkan pelayanan. Mestinya bisa sebanding dengan beberapa rupiah yang dikeluarkan, minimal untuk memugar tempat ini. Hmm, bukankah museum juga berguna agar kita mengetahui bagaimana asal usul kita?
Selama ini saya mengetahui benteng somba opu hanya sebagai tempat bermain saja. Ya, tempat bermain yang besar. Mengingat masa kecil ketika menyusuri tanggul, mencari ikan, sampai berenang di pinggir sungai jeneberang di dekat jembatan. Itu hanyalah sekeping memori tentang benteng itu. Tahu apa saya bahwa ternyata tempat itu adalah pusat kota makassar dulunya? Tahu apa saya bahwa benteng somba opu jatuh ketika peta rahasia kemudian dibocorkan dan belanda mengetahui isi benteng somba opu? Tidak ada. Saya mengenal somba opu sebagai tempat bermain saya dengan teman-teman masa kecil. Ketika jiwa petualang kami lebih besar, kami akan menyusuri setiap jalan di benteng somba opu, naik perahu menyeberang ke gontang, sampai tersesat di tanjung merdeka. Itulah perasaan kami dulu ketika menyusuri setiap bagian dari benteng somba opu. Sekarang? Sepi. Hanya ketika 17 agustusan saja tempat ini ramai seminggu. Ramai dengan stand-stand pameran. Ramai dengan pengunjung, dan ramai dengan sampah. Apakah ada yang tahu, bagaimana cerita benteng somba opu itu?
Apakah perkataan saya sudah terdengar begitu sinis? Saya tentu saja tidak akan membuat pembelaan mengenai tempat-tempat yang kami kunjungi pada blogger peduli sejarah kemarin. Saya tidak akan membuat pembelaan bahwa saya pun kurang mengetahui sejarah kota saya sendiri. Miris memang, ketika sesuatu yang sudah lalu akan dilupakan begitu saja, dan besok tidak akan ada yang mengetahui bentuk kota makassar zaman dahulu.
Semoga rasa nasionalisme dan rasa percaya bahwa kita sadar dan mau melihat budaya kita dahulu tidak akan berakhir di penghujung bulan agustus ini. Bukan hanya euforia sesaat saja. Meneriakkan sejarah, mengibarkan bendera. Tetapi yang lebih penting bagaimana kita menjaga dan mengenang perkembangan kota makassar kita tercinta, agar kelak kita bisa meneruskan kepada anak cucu kita bagaimana hebatnya benteng somba opu. Betapa besarnya karebosi dahulu. Betapa mengerikannya menyeberang di jembatan kayu ke benteng soma opu dulu. Betapa banyak cerita mistis di benteng rotterdam. Dan betapa enak batagor dan es kelapa yang ada di samping benteng rotterdam.
Toh, dikemudian hari saya juga tidak akan bercerita mengenai rihanna, mengenai avril lavigne, dan mengenai linkinpark kepada generasi berikutnya, tetapi cerita mengenai kota makassar kita yang tercinta.

--------
Soundtrack for this memory,,

Love can fade, can break away,
can be forgotten, but not replaced
You might lose hope, you might lose faith
but don't throw it all away, cause your afraid

Jamestown Story – Forgotten

Spesial untuk bangsaku, dan lebih special lagi untuk kotaku. You are not forgotten. Believe me.

Friday, May 25, 2007

falling...

tears don't you fall...
eyes don't you cry...
i can't break down...

Friday, February 23, 2007

Pilihan


hidup ini memilih. benar saja, bahwa dengan memilih kita akan tahu hidup yang seperti apa yang akan kita jalani. seperti apa yang kurasakan dan kualami saat ini. titik ini adalah bentuk pilihanku dari hari-hari kemarin. seringkali terpikir kembali, seperti apa yah bentuk kehidupanku di titik yang sama ketika dulu saya mengambil persimpangan yang lain? apakah akan sama bentuk perasaan, orang-orang yang kukenal, semua apa yang di kepala, apakah semua akan seperti sekarang? rasanya penasaran dan takut saja, karena perjalanan cerita bisa menjadi bagus dan bisa juga menjadi buruk. titik pertama yang paling membekas ketika saya "memilih" sendiri apa yang akan saya jalani yaitu ketika memutuskan untuk masuk SMA. karena otak saya yang lumayan encer (bukan bermaksud sombong nih, narsis aja!) saya bisa lulus di 2 sekolah yang bisa dikatakan gak gampang masuknya. Smada plus Stm telkom. yah, yang pertama sih cuma seleksi biasa aja, pake standar nilai. dan yang kedua yang lumayan terasa perjuangannya karena tes tertulis+psikotest+wawancara. yah, saya heran saja kok banyak orang mengatakan susah masuk sekolah ini (yang kutahu untuk berjuang di dalam dan keluar lebih susah lagi) tapi waktu saya menjalani dengan santai saja. dan saya lulus sodara-sodara. bagaimana yah kehidupan saya kalau misalnya memilih Smada?? hahahahahaha, rasanya pengen ketawa aja ngebayanginnya. generasi hedon bisa jadi hinggap ke saya juga. bisa kebayang bagaimana kehidupan anak sma jaman sekarang kan, mungkin punya teman gaul yang baru. ato malah tersesat di pergaulan yang salah. tidak, bukannya menjudge pergaulan anak sama buruk, cuma worries aja ngeliatnya. dan pasti saya tidak mengerti mengenai BTS, sistem kerja satelit,
dan segala mengenai sistem telekomunikasi lainnya. itu baru satu hal, bagaimana dengan teman? saya pastinya tidak akan bertemu dengan sahabat-sahabat saya nuri, ita, namus (we bussu, mis u so much!), teman-teman dengan kegilaan yang pastinya seru, dan orang-orang tidak penting yang pernah menjadi cerita lalu. yang paling jauh, apakah saya menjadi komunitas blogger makassar? entahlah... sedangkan persimpangan yang kedua yaitu ketika kelar SMA. pilihan utama anak stm sih, elektro lah pastinya. dan itu sudah jadi pilihan utama. ST3 bandung, gak usah deh, naujubileh susah masuknya dan uang kuliahnya. tapi nasib berkata lain. ternyata gak lulus di elektro. alternatif yang diambil, masuk Poltek! yah, proses itu dijalani lagi. tes lagi, seleksi lagi. dan ternyata saya lulus di jurusan telekomunikasi. yah, gak jauh beda lah dengan jurusan yang pernah saya jalani pas di Stm kemarin. duit dari pace buat ngedaftar ulang udah ada, berkas udah siap. tapi ternyata saya yang kemudian mendapat tanda tanya besar. "apa ini yang akan saya pilih sebagai jalan terakhir kehidupan saya?" dan ternyata saya memilih lagi. saya memilih untuk tidak berkuliah. sejenak memikirkan kedepannya. bagaimana seandainya di tengah jalan nanti saya tidak berminat lagi dengan dunia ini. karena selama bersekolah di stm juga, minat ku pada radio sudah semakin besar, dan puncaknya yah pas lulusan SMA itu. nekat buat surat lamaran, dan ternyata saya diterima sebagai penyiar. kehidupan pun ternyata terus berjalan. karena tidak berkuliah, saya pun memutuskan untuk berkuliah di K10 net. hehehehe, jadi OP warnet jack! bagaimana yah bentuk kehidupan saya ketika memilih masuk poltek 4 tahun lalu? yah... penasaran saja, karena banyak cerita juga yang terjadi dari teman-teman yang berkuliah di sana. tapi pastinya saya tidak akan pernah mengenal dunia maya, tidak akan ketemu dengan orang-orang spesial, tidak tahu mengenai bahasa html, tidak tahu bagaimana punya friendster, dan pastinya tidak akan di radio yang sekarang.
karena pilihan saya untuk memilih komunikasi sebagai bidang saya selanjutnya masih menjadi hujatan dan pertanyaan dari beberapa orang yang tidak mengerti. kok bisa-bisanya anak stm nyasar di sospol. karena kemarin saya ketemu dengan adik kelas di stm, dan kemudian yah, cuma nanya kabar gitu aja. dia nanya,
"kita kuliah di mana?"
"unhas"
"oh, elektro yah? berarti masih sama ki dengan k' elva, k' eko dan bla, bla, bla"
"bukan, saya anak sospol"
wakz!!!
katanya bidang ilmunya jauh beda. satunya di teknik satunya bidang sosial. loh emang kenapa? toh saya juga yakin bahwa inilah yang akan saya jalani selanjutnya. dan berkuliah di kosmik adalah pilihan yang tepat. dimana kecintaan saya terhadap media menjadi tersalurkan. bertemu dengan teman yang menjadi bagian terbaik dari kehidupan pertemanan saya. memang sih terkadang saya merasa, betapa sia-sianya perjuangan 3 tahun di stm dulu, tapi mau diapain lagi? daripada di esok hari menyesal karena gak comfort dengan jalan hidup yang dipilih, mending memulai awal yang baru saja lah.
masih banyak bagaimana-bagaimana lainnya yang ingin saya tanyakan. dan bagaimana-bagaimana lainnya yang ingin saya lihat ketika saya memilih persimpangan yang lain. yang jelas status saya di titik ini mungkin bukan sebagai anak kosmik, bukan penyiar di medika, bukan blogger makassar, bukan anak Rumah Kamu, dan bukan beruang.